Itulah segelintir permasalahan yang tengah dihadapi oleh sebagian besar
warga Jakarta. Seakan-akan mereka telah menjadi korban atas kebrutalan
para punggawa PT KAI. Duduk tak enak, berdiri pun juga tak enak. Itulah
yang mereka rasakan setelah mereka menumpang KRL terbaru, yakni KRL
commuter yang notabene adalah pengembangan dari KRL sebelumnya.
Keadaan yang penuh sesak para penumpang membuat mereka tak tahan berada di dalam kereta. Inginnya berada di atap kereta melulu. Bukannya tidak punya duit, melainkan ingin refreshing, cari udara segar. Makanya itulah sebabnya beberapa konsumen KAI lebih memilih duduk masam di atap gerbong ketimbang duduk manis di dalam kereta.
Keadaan yang penuh sesak para penumpang membuat mereka tak tahan berada di dalam kereta. Inginnya berada di atap kereta melulu. Bukannya tidak punya duit, melainkan ingin refreshing, cari udara segar. Makanya itulah sebabnya beberapa konsumen KAI lebih memilih duduk masam di atap gerbong ketimbang duduk manis di dalam kereta.
Terlebih para punggawa PT KAI beserta dirut-dirutnya juga ikut-ikutan
menaiki kereta terbaru milik perusahaan mereka. Pantas saja kereta
bertambah sesak. Lha wong dirut-dirutnya gemuk-gemuk, imut-imut semua,
gimana nggak sesak?. Apalagi di jam-jam sibuk yang merepotkan para
konsumen setia kereta api, yang membuat mereka pindah kepercayaan.
Mereka ternyata lebih memilih kereta kancil alias odong-odong untuk bisa
pergi ke tempat tujuan dengan aman, nyaman dan tentunya tidak gratis
walaupun harus malu karena ditertawakan banyak anak kecil.
Itulah sebagian kecil pengorbanan warga Jakarta yang seharusnya
diperhatikan dan diberi penghargaan oleh pemerintah. Mereka dengan tulus
ikhlas merelakan sebagian harta bendanya untuk disumbangkan kepada para
korban lumpur lapindo di Sidoarjo baru-baru ini.
Posting Komentar