Tawuran massal yang akhir-akhir ini kerap terjadi dipicu
oleh beberapa hal, misalnya sengketa lahan yang berujung keributan, tindakan
arogan oknum polisi, kesalahpahaman di dalam masyarakat bahkan yang paling
parah bisa disebabkan oleh konflik yang membawa-bawa SARA.
Belakangan ini tawuran yang disebabkan oleh hal yang sepele
semakin marak. Namun peristiwa ini lain lagi, masih dalam lingkup kejahatan
radikal namun terasa unik. Ya, peristiwa tawuran antar masyarakat di desa
Kulukulukombo, daerah pedalaman Wamena bisa dibilang lucu. Pasalnya yang selama
ini kita ketahui bahwa tawuran itu terjadi karena adanya perselisihan antar dua
kelompok, nah yang ini lain daripada yang lain.
Tawuran yang disebabkan oleh masalah yang kiranya super
duper sepele sekali. Perpecahan yang dialami oleh tiga anak manusia gara-gara
berebut naik becak. Walaupun sudah sangat metropolis, namun transportasi desa
Kulukulukombo masih sangat minim. Buktinya becak saja dijadikan sebagai ajang
rebutan kursi penumpang. Diketahui dalang di balik aksi ini berinisial X
(15) yang merupakan penumpang pertama
yang menduduki kursi penumpang di dalam becak milik Solikhin (59), warga desa
Watugede, Singosari, Malang. Singkat ceritanya, X yang sudah menggapai tempat
duduk becak milik Solikihin dikejutkan dengan kedatangan Warobay (37), wakil
direktur PT Freeport di bagian kebersihan. Tanpa basa-basi Warobay langsung
saja duduk di atas X yang tadi sudah menempati becak itu lebih dulu. X yang
merasa tidak terima dengan perlakuan seperti itu langsung mencium wajah
Warobay. Warobay yang juga tidak terima dengan perlakuan X langsung ganti
mencium X dengan genitnya.
Lebih dari setengah jam aksi cium-mencium itu terjadi. Lalu
berujunglah ke aksi yang lebih anarkis lagi, Warobay dan X saling pukul dan
hajar. Lebih tragis lagi becak yang mereka tumpangi, mereka gulingkan ke
selokan sekaligus bersama supirnya. Lalu dibakar. Entah apa yang merasuki diri
X, Warobay dan Solikhin, tiba-tiba saja esoknya masing-masing membawa pasukan
untuk tawuran. X tidak terima dengan perlakuan Warobay dan begitu pula Warobay
sebaliknya. Solikhin lain lagi, dia tidak terima becak buatan Swiss pemberian
buyutnya tersebut dibakar habis di selokan.
"Saya tidak terima jika becak saya dibakar di got,
namun saya masih bisa terima apabila dibakar di tong sampah," sahut
Solikhin ketika diwawancarai di RSJ pasca tawuran berlangsung.
Solikhin mengalami luka yang cukup parah di bagian udelnya
(pusar), sedangkan X dan Warobay masing-masing mengalami patah tulang leher dan
tulang rambut. Hansip & petugas kebersihan hingga detik ini masih
menyelidiki TKP untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Posting Komentar