Dua kecamatan di dua negara berbeda, yakni Belgia dan Belanda sama-sama membagi sebuah kota kecil yang bernama Baarle. Baarle kemudian dipecah menjadi dua, yakni Baarle-Nassau terletak di Belanda dan Baarle-Hertog terletak di Belgia. Uniknya garis-garis pembatas kedua negara seringkali ‘menabrak’ bangunan-bangunan, seperti warung kopi, toko,
maupun rumah penduduk yang berdiri di kedua munisipalitas tersebut. Sehingga apabila sesorang tengah berbelanja di suatu
mall yang memiliki garis batas kedua negara tersebut, maka dipastikan ia harus menyerahkan paspor kepada polisi perbatasan.
 |
Foto : Perbatasan antara Belgia dengan Belanda |
Kejadian itu tidak hanya menimpa negara-negara di Eropa saja, namun sebuah kota di Indonesia juga mengalami hal yang sama. Adalah sebuah kota dengan penduduk relatif nun jauh di ujung timur Indonesia, Merauke. Sebuah rumah di desa Bellbelland, Kabupaten Merauke memilki dua kewarganegaraan yang berbeda. Setelah melalui negosiasi yang cukup alot, akhirnya diputuskan bahwa tiap anggota keluarga masing-masing mempunyai paspor kewarganegaraan yang berbeda-beda. Seorang bapak, ibu dan anak memiliki paspor Indonesia, sedangkan kakek dan neneknya memilki paspor Papua Nugini.
 |
Foto : Gubuk reot yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini |
Cukup aneh memang, semenjak beberapa tahun yang lalu belum pernah muncul masalah soal peraturan itu. Namun kejadian tak terduga justru datang akhir-akhir ini ketika sang bapak ingin membetulkan bagian belakang rumahnya yang kebetulan masuk dalam wilayah Papua Nugini. Karena lupa membawa paspor, seorang polisi perbatasan Papua Nugini membawanya ke pos pengamanan. Di sana ia ditanya soal urusannya memasuki daerah Papua Nugini. Ia menjawab bahwa dirinya hanya ingin membetulkan tembok belakang rumahnya yang hampir roboh. Kontan saja polisi-polisi perbatasan tersebut tertawa terbahak-bahak dan menyuruh sang bapak malang tersebut kembali melakukan aktivitasnya dan mengingatkan bapak itu agar lain kali jangan lupa mengantongi paspor setiap hari.
+ komentar + 4 komentar
hadeuh, kok jadi repot gini yah? padahal cuma sejengkal
Aturan itu harusnya mmpermudah ya, bukan memperrempong, hihi...
susah juga kl nabrak bangunan...
nggak sampai sejengkal om, apalagi dindingnya dari gedek :D wong dinding bata aja cuma 15 cm
iya om, ribet juga klo urusannya kayak gitu :D
Posting Komentar